Sekedar Celoteh

Rasanya waktu kian terasa lama. Buat nulis berat banget. Selain tugas skripsi, manajemen keuangan ****, tuntutan lulus dari mertua, bikin kepala mau pecah saja. Untungnya ada pujaan hati tercinta yang selalu memberi semangat. Teman-temanku juga ga kalah kiprahnya memberi motivasi.

upsss.. Ternyata dia disana. Syukur dech. Itu lho dosenku yang pinter banget Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Menurut Mbah Google, dia studi S3 di Australia. Woow orang tuanya pasti bangga. Aku masih inget, katanya kelak aku bisa jadi intelektual muslim masa depan. Kayaknya jauh banget harapan itu dengan kondisiku sekarang. Secara tidak langsung dengan "hinaan"-nya, aku jadi semangat buat nulis lagi. Dia selalu bilang "tulis aja apa yang ada di kepalamu". Baru aja kurenungi, ternyata kata-katanya dalam banget. Sangat menghujam bumi dan menantang langit. ga perlu berlebihannnn....

Tapi jujur aja, kalo dipikirin, emang bener juga kalo "nulis apa yang ada di kepala". Tapi kepalanya juga harus diisi dong. Diisi apa? Ga tau deh...pokoknya rajin baca jurnal, isi kepala mirip jurnal. Sering buat makalah, kata-kata jadi mirip footnoote. Suka baca majalah, cocok berkiprah di entartaiment. Hoby baca koran, apa cocok jadi tukang koran juga?
Dalam hati kecil cuma ingin buktiin aja. Suatu saat aku kalahkan kamaruzzaman. Kalo ga kalah di dunia tulis-menulis, pasti dia kalah soal IT. Tapi kalo Aku kalah juga di IT, aku akan kalahkan dia di ranjang.

Ada banyak intelektual di kota ini. Karya tulis mereka, ga ke-itung banyaknya. Bahasanya juga berat-berat. Apalagi senyumnya, rata-rata pelit banget. Apa rata-rata orang pinter kayak begitu? kurang ramah. Semakin pinter orang "ujian" kesombongan pasti mendampingi. Tapi ga apa-apa, mereka pinter. Wajar kalau angkuh. Kalo bodoh angkuh lagi, apa yang mau diangkuhin.