Ketika dulu pertama kali duduk di bangku kuliah, saya sempat medengar kata "Mahasiswa adalah agen perubahan," kira-kira begitu kata salah seorang aktifis yang sedang orasi. Agen perubahan. Saya malah lebih memilih untuk menjadi agen lain saja. Agen minyak tanah, agen sembako, atau agen lain yang jauh dari kata "perubahan." Sebab kata-kata aktifis tadi ujungnya hanya mengajak saya menjadi seperti mereka.
Saya tentu tidak menyalahkan setiap orang yang mempunyai nalar kritis, yang ingin mengubah bangsa lewat organisasi kampus. Saya pun sempat menjadi aktifis selama 6 semester. Hasilnya, menjadi orang yang "mau melek dunia lain" dan mau tahu apa yang membedakan antara status "siswa" dan "mahasiswa." Tepatnya, saya menjadi sedikit lebih idealis pada beberapa hal. Hidup itu pilihan. Kita yang memilih sendiri dan menentukan.
Sebelum lebih jauh, kiranya perlu di-kritisi dulu kata "perubahan." Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, bersumber dari KBBI, bahwa kata "perubahan" sebenarnya bukan memiliki kata dasar "ubah." Kata dosen bahasa Indonesia, ini sangat perlu dicermati. Kata yang baku adalah "pengubah" atau "pengubahan." Bukan "perubahan." "Pengubahan" berasal dari kata "ubah" dan "perubahan" bisa jadi kata dasarnya "rubah" atau sejenis binatang pemangsa yang serumpun dengan serigala. "Rubah." That’s right. By the way, ada satu parpol yang mengajak pembaca untuk menjadi "rubah" yang mottonya "gerakan perubahan."
Kita tinggalkan soal pendapat dosen soal kata yang baku. Tema "yang muda yang perubah" sebenarnya melirik beberapa geliat anak-anak muda yang kreatif. Setidaknya, dalam pengamatan saya, ada dua perusahaan yang lebih banyak kontribusi kaum muda dan kaum tuanya. Ini menurut saya sangat kreatif. Yang pertama Google, dan kedua, Transcorp. Google-sebagai sebuah perusahaan, buat saya sangat cocok bagi anak-anak muda yang punya daya kretifitas tinggi. Google sendiri mayoritas di-isi oleh orang muda yang tidak membanggkan "Indeks Prestasi." Google menilai, bahwa IP yang tinggi hanya akan menjadikan daya kretifitas seseorang menurun. Penemu Google juga waktu itu tergolong masih anak muda, Larry Page dan Sergey Brin, dengan usia dibawah 30 tahun.
Begitu juga dengan TransTV atau Trans7 (Transcorp). Pembaca pasti tahu, kalau stasiun TV yang satu ini, sudah banyak program-program yang unik. Program siarannya kadang terinspirasi dari halaman website yang banyak dikunjungi orang. Sebut saja acara yang saya maksud, "On The Spot." Terlepas soal kontroversi yang mengatakan kalau Transcorp telah "bersekongkol" dengan kelompok "pemuja setan" pada simbol-simbolnya, acara-acara Transcorp sangat berbeda dengan TVRI yang lebih banyak didominasi orang-orang tua.
Berkaca juga dari Bill Gates Microsoft ® dan Mark Zueckerberg Facebook ® bahwa banyak fakta orang yang secara akademik kurang baik, tapi diluar itu mereka boleh "dikatakan sukses. Mereka berdua tergolong masih muda, masih jadi "perubah". Dengan daya kreatifitas dan semangat yang tinggi untuk berkarya, menjadikan seseorang lebih giat berusaha dengan berani kompromi dengan realitas yang ada.
Contoh lain, Yusuf Mansur. Berapa tahun waktu yang dibutuhkan hanya untuk meluluskan gelar S1-nya? Dosen-dosennya padahal sudah terlalu jengkel dengan ulah "ustad sedekah" yang cenderung jarang masuk kuliah, dan lebih banyak konsentrasi ke dunia sendiri. Tapi kalau dosen-dosen itu mau marah, selalu tertahan, karena siapa dosen yang tidak bangga memiliki mahasiswa yang sudah "jadi orang" sebelum masa studinya kelar—yang waktu itu belum selesai.
Well. Mumpung masih muda, masih punya banyak kesempatan untuk berkarya demi sebuah perubahan. "Yang muda yang perubah."
Catatan : Tulisan ini bukan bermaksud membuka aib orang. Mohon ambil sisi positifnya saja. Tulisan ini juga pernah dilombakan dalam event sumpah pemuda 28 Oktober, namun belum beruntung.
Saya tentu tidak menyalahkan setiap orang yang mempunyai nalar kritis, yang ingin mengubah bangsa lewat organisasi kampus. Saya pun sempat menjadi aktifis selama 6 semester. Hasilnya, menjadi orang yang "mau melek dunia lain" dan mau tahu apa yang membedakan antara status "siswa" dan "mahasiswa." Tepatnya, saya menjadi sedikit lebih idealis pada beberapa hal. Hidup itu pilihan. Kita yang memilih sendiri dan menentukan.
Sebelum lebih jauh, kiranya perlu di-kritisi dulu kata "perubahan." Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, bersumber dari KBBI, bahwa kata "perubahan" sebenarnya bukan memiliki kata dasar "ubah." Kata dosen bahasa Indonesia, ini sangat perlu dicermati. Kata yang baku adalah "pengubah" atau "pengubahan." Bukan "perubahan." "Pengubahan" berasal dari kata "ubah" dan "perubahan" bisa jadi kata dasarnya "rubah" atau sejenis binatang pemangsa yang serumpun dengan serigala. "Rubah." That’s right. By the way, ada satu parpol yang mengajak pembaca untuk menjadi "rubah" yang mottonya "gerakan perubahan."
Kita tinggalkan soal pendapat dosen soal kata yang baku. Tema "yang muda yang perubah" sebenarnya melirik beberapa geliat anak-anak muda yang kreatif. Setidaknya, dalam pengamatan saya, ada dua perusahaan yang lebih banyak kontribusi kaum muda dan kaum tuanya. Ini menurut saya sangat kreatif. Yang pertama Google, dan kedua, Transcorp. Google-sebagai sebuah perusahaan, buat saya sangat cocok bagi anak-anak muda yang punya daya kretifitas tinggi. Google sendiri mayoritas di-isi oleh orang muda yang tidak membanggkan "Indeks Prestasi." Google menilai, bahwa IP yang tinggi hanya akan menjadikan daya kretifitas seseorang menurun. Penemu Google juga waktu itu tergolong masih anak muda, Larry Page dan Sergey Brin, dengan usia dibawah 30 tahun.
Begitu juga dengan TransTV atau Trans7 (Transcorp). Pembaca pasti tahu, kalau stasiun TV yang satu ini, sudah banyak program-program yang unik. Program siarannya kadang terinspirasi dari halaman website yang banyak dikunjungi orang. Sebut saja acara yang saya maksud, "On The Spot." Terlepas soal kontroversi yang mengatakan kalau Transcorp telah "bersekongkol" dengan kelompok "pemuja setan" pada simbol-simbolnya, acara-acara Transcorp sangat berbeda dengan TVRI yang lebih banyak didominasi orang-orang tua.
Berkaca juga dari Bill Gates Microsoft ® dan Mark Zueckerberg Facebook ® bahwa banyak fakta orang yang secara akademik kurang baik, tapi diluar itu mereka boleh "dikatakan sukses. Mereka berdua tergolong masih muda, masih jadi "perubah". Dengan daya kreatifitas dan semangat yang tinggi untuk berkarya, menjadikan seseorang lebih giat berusaha dengan berani kompromi dengan realitas yang ada.
Contoh lain, Yusuf Mansur. Berapa tahun waktu yang dibutuhkan hanya untuk meluluskan gelar S1-nya? Dosen-dosennya padahal sudah terlalu jengkel dengan ulah "ustad sedekah" yang cenderung jarang masuk kuliah, dan lebih banyak konsentrasi ke dunia sendiri. Tapi kalau dosen-dosen itu mau marah, selalu tertahan, karena siapa dosen yang tidak bangga memiliki mahasiswa yang sudah "jadi orang" sebelum masa studinya kelar—yang waktu itu belum selesai.
Well. Mumpung masih muda, masih punya banyak kesempatan untuk berkarya demi sebuah perubahan. "Yang muda yang perubah."
Catatan : Tulisan ini bukan bermaksud membuka aib orang. Mohon ambil sisi positifnya saja. Tulisan ini juga pernah dilombakan dalam event sumpah pemuda 28 Oktober, namun belum beruntung.
0 Response to "'Yang Muda Yang Perubah'"
Post a Comment