Sekitar tiga tahun yang lalu, majalah Chip Indonesia, masih menurunkan artikel tentang ulasan membuat widget, yang 'ter-integrasi' dengan social media. Rupanya, pada edisi bulan itu –Februari, pengulasnya berpendapat, bahwa di tengah maraknya gempuran social media dan penggunaan gadget, peran blog masih belum tergeser.
Keadaan blog (sebagai media), hingga artikel ini ditulis, memang masih ramai. Namun tidak dapat jika dikalkulasikan secara akurat, karena lebih banyak yang sudah mati suri atau malah mati beneran. Tidak ada support dari pembaca, kurangnya komentar yang berupa kritik membangun (motivasi), atau memang blog yang tidak bertujuan komersil (tidak profitable), menjadi alasan malas nge-blog (lagi) . Kehadiran sebuah blog seakan menjadi 'pertunjukkan tanpa penonton.' Panggung sepi seakan semua sudah bubar, saat acara masih berlangsung.
Blog juga masih menjadi salah satu acuan dalam penilaian sebuah produk. Calon konsumen, dapat memiliki gambaran dari sebuah produk, lewat suara Blogger, info dari website, dan komen-komen dari sosial media. Geliat ini dikarenakan iklan dari TV atau surat kabar, lebih dianggap hanya sebatas promosi sepihak saja. Inilah yang rupanya menjadi jawaban mengapa pada awal Januari 2014, Honda membuat kontes blog, yang intinya bentuk promosi CB 150 R. Kebetulan, blog ini juga turut berpartisipasi.
Penulis ingin mengajak pembaca—seperti biasa—berfikir. Berpikir mengapa memiliki blog menjadi sesuatu yang penting untuk sebagian orang (menjadi Blogger). Sederhana pertanyaannya, mengapa harus nge-blog? Menulis, membuat konten capek –capek, lalu dibagikan kepada publik secara gratis. Panjang, jawabannya bisa 2 hari 2 malam kalau diceritain. Ada lagi pertanyaan lebih ekstrim. Mengapa jadi Blogger? Apa itu sekte atau aliran tertentu yang mengajak jadi kaya mendadak? Jawabannya bisa lebih panjang lagi, setara dengan membaca disertasi program doctor farmasi atau kimia.
Jika diamati dari sisi motivasi, alasan untuk tetap melanjutkan blog antara lain; personal branding, melanjutkan tradisi menulis, media promosi gratis dan efektif, dokumentasi sebuah ilmu, dapet uang (dari iklan), curhat colongan (curcol), mengamalkan ilmu, iseng-iseng, acuan sebuah produk, citizen journalism, dan banyak lagi alasan lainnya.
Namun, buat penulis, alasan utama hanya dua saja. Antara lain;
Belajar Menulis (mengutarakan lewat tulisan)
Kalau ngomong, dari kecil, dari masih balita, susah payah ibu kita dulu ngajarin. Jadi nggak perlu belajar ngomong lagi. Kecuali, kalau emang mau consent pada public speaking atau tampil di muka umum. Nah, ada dua hal yang perlu dipelajari, dan jarang ada yang mengajari. Pertama, mendengar; yang kedua, menulis.
Menulis itu perlu latihan. Tahun demi tahun, penulis yang sudah mendedikasikan diri mengambil jalan hidup sebagai penulis, pasti akan mengalami panas-dingin, rajin-malas, dan lain-lain. Ini artinya, menulis, mengolah pikiran lewat tulisan, butuh terus berlatih. Salah satunya dengan membuat postingan. Yah, nge-blog.
Menulis. Menulis mudah. Namun, tulisan yang seperti apa? Jika dibilang jadi sangat mudah, mengapa penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta orang, menjadi produktif hanya 5% saja? Dari jumlah blog asal Indonesia 21 juta, yang menjadi Blogger 'aktif' hanya sekitar 3 juta saja. Artinya menjadi, tidak semudah menyetrika baju atau menggoreng telur dadar. Blogger yang ada 21 juta di negeri ini, hanya sebagian aja yang aktif. Tepuk tangan buat mereka yang mendedikasikan diri mau menuliskan ide lewat blog. Kalo cuap-cuap di Twitter atau nulis status di Facebook, jumlahnya hitung sendiri aja. Anak SD juga bisa nulis status.
Kita nulis, orang baca. Pasti ada yang baca. Kalau semua orang hanya seneng baca blog lewat BB, lewat Iphone, Ipad, dan jenis smartphone, lalu harus ada juga yang jadi Blogger. Kalo semuanya mau baca doang, lalu siapa yang mau jadi penulis konten-nya? Kalau semua orang hanya mau menonton film, lalu siapa yang mau menjadi produser film-nya?
Belajar Membuat Karya (berkarya)
Banyak juga blog di negeri ini yang doyan bikin template. Karya mereka menjadi catatan khusus. Setidaknya penulis salut dengan template Blogger di Indonesia yang sudah mendunia. Setidaknya ada 3 orang saja, yang template hasil karya mereka sudah masuk dalam kategori mahir, dengan desain powerfull. Satu orang dari Sumatera Barat, lalu dari Sumatera Utara (Medan asli), dan dari tanah Jawa. Mungkin orang-orang ini memang punya latar belakang seorang web desainer yang sudah kawakan.
Berkarya, buat anak muda menjadi sesuatu yang positif, apa pun bentuknya itu. Ada segudang manfaat, ketika sebuah karya menjadi sudah dirasakan banyak orang. Bahkan ketika sang empu sudah meninggal, karya mereka bisa 'abadi.' Misalnya, film Doraemon. Siapa yang kenal dengan baik dengan pembuat film kartun ini? Pasti tidak banyak. Pemirsa di tanah air, hanya suka dengan film anak kecil, cewek-cewek juga masih banyak yang bilang 'lucu.' Inilah sebuah karya. Jangan terlalu berharap pada hasil (pragmatis), hasil akan mengikuti sejauh mana kesungguhan sebuah karya dibuat.
Jadi, buat penulis, blog ini adalah sebuah karya. Ada juga karya-karya lain, yang barangkali, karena masih muda, belum sibuk dengan cucu dan segudang tugas lansia, mengapa sejak sekarang tidak berkarya.
Blog Masa Depan, Masa Depan Blog
Inovasi adalah menjadi sebuah keharusan, guna 'memperpanjang umur' blog. Masa depan sebuah blog (sebagai media), belum bisa diramalkan umurnya seperti sebuah perangkat elektronik, yang tahun demi tahun banyak variasinya.
Kita nulis, orang baca. Pasti ada yang baca. Kalau semua orang hanya seneng baca blog lewat BB, lewat Iphone, Ipad, dan jenis smartphone, lalu harus ada juga yang jadi Blogger. Kalo semuanya mau baca doang, lalu siapa yang mau jadi penulis konten-nya? Kalau semua orang hanya mau menonton film, lalu siapa yang mau menjadi produser film-nya?
Kehadiran social media pada tahun-tahun lalu, ternyata membuat para Blogger turut gelisah. Alasannya budaya berkomentar pada blog 'sudah habis'. Jadi Blogger menjadi kurang 'dihargai' hanya karena tidak ada yang mau berkomentar. Padahal, gejala perubahan budaya ini juga terlihat pada situs-situs. Situs berita sekelas republika.co.id juga banyak hanya stempel jempol saja. Jarang yang mau mengisi form komentar.
Menjadi pertanyaan besar, apakah nge-blog hanya untuk ' arena narsis' sehingga sangat mengharapkan komentar dari pengunjung, sebagai motivasi utama. Jangan-jangan wabah 'narsisme'—dalam disiplin ilmu psikologi, juga sudah mewabah para Blogger? Wallahu a'lam.
Sehingga, pada kenyataannya para Blogger sudah harus tau diri, kalau zaman sudah berubah. Adanya kemajuan informasi, mesti diikuti secara bijak. Hadirnya social media, orang sudah berhenti nge-blog karena sindrom social media juga harus dipahami arif. Biarkan mereka tetap hadir, dalam melengkapi khazanah sebuah informasi yang ujungnya mendewasakan. Justru, yang perlu berubah adalah inovasi kita (sebagai Blogger) sendiri.
Ada sedikit kritik bagi para Blogger, mengapa inovasi menjadi penting. Antara lain yang perlu diubah;
A. Menipu atau membodohi
Barangkali pendapat ini hanya sudut pandang yang sempit saja. Namun, memang ada Blogger yang 'terlalu' bersemangat dalam memasarkan produk, sehingga kadang terlalu lebay (membodohi), bahkan cenderung menipu.
B. Kurang kreatif
Kalau seorang Blogger kerjanya hanya meng-copas karya orang, lalu meng-klaim bahwa karya itu menjadi miliknya sendiri, dengan alasan tertentu, tetap kurang beretika. Di luar sana, ada plagiarism checker. Dengan mudah sebuah konten dilacak, siapakah yang pemilik asli. Dari tanggal postingan (waktu), juga dapat diketahui secara mudah kapan siapa yang menjadi pencontek.
Jika memang sudah malas untuk membuat postingan mengapa harus serakah? Buatlah link asli, sertakan di situ sumber pengambilannya. Ini etika yang tidak tertulis, namun semua orang bisa memahaminya.
C. Tidak mau menjadi pembaca
Perlu sadari, bahwa blog yang bergentayangan di dunia maya, juga dikonsumsi banyak orang. Langkah yang sangat bijak, jika konten telah dibuat, keluar dari account kita sendiri (sign out), lalu baca karya sendiri. Ejaan kata yang salah itu biasa, namun jika terlalu banyak salah, pembaca juga pasti tidak betah.
D. Memaksa diri
Semua kealfaan dari Blogger yang telah disebut, intinya karena terlalu memaksa diri. Sesuatu yang dipaksa bisa berdampak menjadi lebih baik, namun juga bisa sebaliknya. Ada baiknya menjadi seorang Blogger adalah bukan karena terpaksa.
Happy blogging ... Kita bukan manusia sempurna, namun mengapa tidak berusaha menjadi lebih baik? Keep blogging, keep posting. Tradisi blog adalah tradisi orang yang mau maju dan berkembang.. :)
Catatan : Blogger di sini adalah pemilik blog. Bisa jadi dengan platform blogspot, wordpress, atau yang lainnya. Maksud kata 'Blogger' bukan Blogger.com atau blogpsot.com.
Sumber bacaan :
Majalah Chip edisi Februari 2011, Jejaring sosial dalam wordpress
Majalah Chip Edisi Blogging 2007, Semua tentang blogging
Majalah Chip edisi Juli 2010, Prospek cerah bisnis sosial media
Majalah Chip edisi Juli 2010, Prospek cerah bisnis sosial media
1 Response to "Tradisi Blog Tradisi Masa Depan "
vimax terima kasih untuk sharingnya, artikel yang menarik, di tunggu artikel selanjutnya
Post a Comment