Lemparkan Gagasan Lewat Tulisan

Judul Buku : Menulis Itu Segampang Ngomong
Penulis : Lasa HS
Penerbit : Penerbit Pinus
ISBN : 979990891
ISBN-13 : 9799799900899
Cetakan : III, Desember, 2009
Cover : Softcover, 12x19 CM,
Halaman : 300 halaman

Faktanya sejak balita sudah diajari untuk ngomong. Sejak balita, bunda mengajari kata demi kata dengan suara bahasa cintanya dalam penyapaan yang tulus. Usia tiga tahun, celoteh balita mulai lancar, tapi masih terbata-bata. Namun semuanya malah menambah kelucuan, menggemaskan, lewat tutur dari bibir mungil nan lugu.

Setiap pemula, nampaknya punya nasib yang sama. Ia terbata dalam merangkai ide-ide tulisan yang sudah siap meledak di ubun-ubun. Ketika mengambil pena, duduk di depan layar, jari-jari malah kaku dan sulit untuk mencengkram keyboard. Jangankan untuk membuat satu bab, baru lima baris rangkaian kata saja sudah buyar diterpa kebingungan tanpa sebab.

Buku yang ditulis oleh LASA HS, merupakan buku untuk 'pembebasan diri'.  Idenya membuat para penulis—terutama pemula, untuk lakukan sesuatu tanpa ditunda. Goreskan, ketik semua dalam papan keyboard yang ada di kepala saat itu juga. Seperti balita yang baru belajar bicara, membebaskan diri dari segala aturan kata dan tata bahasa.

Bukan mengoplos
Banyak orang keliru, mengatakan kalau menulis adalah hasil sunting sana-sini, hanya sekedar menggabungkan sebuah 'teks' lalu dirangkai. Mengambil ide orang lain, memang sangat dibolehkan. Namun, menyalin secara mentah-mentah, akan membuat tulisan menjadi 'hancur retorika.' Bahasa yang pekat, rapat, ringan, mudah dicerna, tidak mengggurui, juga tidak hasil copas tanpa transformasi, bagi setiap penulis adalah identitas. Jadi, kalau asal oplos, pembaca juga punya hati nurani untuk melihat sebuat tulisan bisa 'renyah' jika 'dikunyah' atau malah sebaliknya, menjenuhkan. Lasa menilai, jika sebuah karya akademik tidak mencantumkan sumber referensi, ini akan sangat melanggar etika. Baik etika penulisan, maupun etika akademik. Nasihat menulis bukan mengoplos, hadir pada Bab IV halaman 45 dalam buku ini.    
Meski buku ini memakai judul mengarang, buku ini intinya menyemangati untuk tetap berkarya lewat tulisan. Membuat siasat agar tulisan yang keluar dari ide, semudah kita bicara. Semudah kita ngomong.

Strategi
Bagi Lasa, dalam buku ini yang diterbitkan oleh Pinus, penulis dibaratkan seorang tentara. Butuh keberanian, strategi, senjata, dan logistic. Pada bagian logistik yang dimaksud, soal; ide  pengalaman, penghayatan, dan perenungan. Logistik penulis yang tangguh, akan terus melahirkan ide-ide 'tanpa kematian'. Rajin ke toko buku, ikutan bedah buku, baca-baca di internet dan segala kegiatan yang terkait dengan 'teks', akan terus membuat penulis, tidak akan mengalami 'gencatan sejata' karena lumpuh ide untuk sementara. Tema soal ini juga ada pada Bab IV.   

Lawan Rasa Takut
Mengalahkah ketakutan  terhadap hasil tulisan dapat dilihat dari bab VI. Lasa yang juga seorang pustakawan menilai, bahwa pada dasarnya ketakutan dalam menulis sungguh tidak beralasan. Sebenarnya setiap kita sudah menulis—mengetik—SMS, sejak SMU sering juga buat karya tulis, bahkan memasuki jenjang perguruan tinggi, banyak tugas membuat makalah. Bahkan Era kekinian, kebiasaan itu sebenarnya sudah terjadi. Bikin status pada 'wall', re-twitter, menaruh caci-maki pada sebuah blog, perbuatan ini adalah 'belajar nulis tanpa disengaja.' Ide-ide sudah terlempar lewat tulisan.

Yang juga tidak kalah penting, adalah menjelang bab-bab akhir. Ada ide-ide bagaimana agar penulis yang ingin bukunya bisa lolos seleksi penerbit, harus mencermati banyak hal, salah satunya dengan terlebih dahulu memperhatikan 'gaya' penerbit. Inilah yang dimaksud Lasa, bahwa penulis dan tentara sama membutuhkan strategi. Perlu adanya kemitraan antara penulis-penerbit, mengapa naskah ditolak, dan segala hak dan kewajiban penulis tertuang di situ.

Selamat membaca..

0 Response to "Lemparkan Gagasan Lewat Tulisan"